Minggu, 10 Februari 2019

Contoh Resensi Psikologi Pendidikan

RESENSI BUKU PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Tugas ini diajukan untuk memenuhi tugas mandiri Psikologi Pendidikan
Dosen Pengampu: Uswatun Hasanah, M.Pd.I.


Disusun Oleh:
Meyta Dian Sari 1701050105


JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUTI  AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG
T.A 2018/2019

RESENSI BUKU

Judul buku : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Drs. M. Ngalim Purwanto, MP
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya (Bandung)
Tahun terbit : 1997
ISBN         : 979-514-036-1
Tebal buku : xiii + 169 hal

  Dalam dunia pendidikan sering kita jumpai istilah psikologi. Psikologi sangat penting dipelajari karena berkenaan dengan jiwa atau pribadi seseorang. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang apa dan bagaimana psikologi serta kaitannya dengan psikologi pendidikan, Drs. M. Ngalim Purwanto menulis buku yang berjudul Psikologi Pendidikan. Buku ini sangat diminati dan dicari para pembaca buku, terbukti dengan telah mencapai lima kali cetakan.
     Penulis Psikologi pendidikan ini, Drs. M. Ngalim Purwanto, lahir di Gombong pada tahun 1927. Ia telah terjun ke dalam dunia pendidikan sejak tahun 1949, mulai dari guru SD. Karirnya dalam bidang pendidikan meningkat terus. Beberapa tahun kemudian ia diangkat menjadi Kepala SD, kemudian menjadi guru SGB, guru SGA, Kepala SGA/SPG, dan sejak tahun 1971 sampai sekarang adalah dosen tetap IKIP Jakarta, di samping membantu mengajar di beberapa perguruan tinggi swasta. Gelar kesarjanaannya diperolehnya pada FKIP-Unpad, Bandung, pada tahun 1964.B Beliaumenjelaskan tentang apakah psikologi itu? Apa gunanya kita mempelajari psikologi? Bagaimana pengaruh pembawaan dan pengaruh lingkungan terhadap perkembangan manusia? Mengapa intelijensi seseorang berbeda dengan intelejensi orang lain? Faktor-faktor apa yang mempengaruhinya?
Masalah-masalah di atas hanya sebagian kecil saja dari masalah-masalah yang dibahas dalam buku ini. Di dalam pembahasan itu dikemukakan juga pendapat-pendapat berbagi aliran psikologi serta hasil-hasil beberapa penyelidikan. 
Apakah psikologi itu? Psikologi adalah ilmu yang ingin mempelajari manusia. Manusia sebagai suatu kesatuan yang bulat antara jasmani dan rohani. R. S. Woodworth memberi batasan tentang psikologi sebagai berikut: psycology can be defined as the science of the activities of the individual.
Apa yang hendak diselidiki oleh psikologi adalah segala sesuatu yang dapat memberikan jawaban tentang apa sebenarnya manusia itu, mengapa ia berbuat/berlaku demikian, apa yang mendorongnya berbuat demikian, apa maksud dan tujuannya ia berbuat demikian. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Yang dimaksud tingkah laku di sini adalah segala kegiatan/tindakan/perbuatan manusia yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, yang disadari maupun yang tidak disadarinya.
Karena sifat manusia yang kompleks dan unik, maka obyek psikologi biasanya dibedakan menjadi 2 macam, yakni obyek material atau obyek yang dipandang secara keseluruhannya. Yang dimaksud di sini adalah manusia. Satu lagi yakni obyek formal, obyek formal dari psikologi adalah berbeda-beda menurut perubahan zaman dan pandangan para ahli masing-masing. Pada zaman Yunani sampai dengan abad pertengahan misalnya, yang menjadi obyek formalnya adalah hakekat jiwa. Kemudian pada masa Descartes obyek psikologi adalah gejala-gejala kesadaran. Pada aliran behaviorisme yang timbul di Amerika pada permulaan abad ke-20 ini yang menjadi obyek formal ialah tingkah laku manusia yang tampak (lahiriah). Sedangkan pada aliran psikologi yang dipelopori oleh Freud, obyeknya adalah gejala-gejala ketidaksadaran manusia.
Jika dilihat dari bermacam-macamnya apa yang menjadi obyek formal dari psikologi, manusia benar-benar merupakan suatu yang kompleks sifatnya dan unik. Itulah sebabnya maka jika ditinjau dari perkembangannya dari semula sampai sekarang psikologi telah berkembang sedemikian pesatnya, sehingga kini kita mengenal bermacam-macam psikologi. Antara lain psikologi metafisika (yang menyelidiki hakekat jiwa) dan psikologi empiri (yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia dengan menggunakan pengamatan). Psikologi empiri sendiri terbagi atas psikologi umum (yang mempelajari gejala-gejala kejiwaan manusia pada umumnya) dan psikologi khusus (yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan manusia menurut aspek-aspek tertentu sesuai dengan pandangan serta tujuannya).
  Hubungan antara psikologi dengan ilmu-ilmu yang lain, terutama antropologi, sosiologi, dan fisiologi. Psikologi dan antropologi keduanya menyangkut daerah dan masalah-masalah tertentu yang bersamaan, keduanya saling isi-mengisi (suplementer). Perbedaan yang prinsipil hanyalah terletak pada apa yang menjadi tekanannya. Psikologi menekankan pada individu, sedangkan antropologi menekankan pada kelompok.
Sosiologi adalah juga suatu ilmu yang secara langsung berhubungan dengan tingkah laku. Seperti halnya antropologi ia berhubungan dengan masalah manusia dalam kelompok. Psikologi dan sosiologi inipun mempunyai banyak persamaan. Perbedaannya psikologi menekankan pada person induvidu, mengapa individu bertingkah laku seperti yang dia lakukan, sedangkan sosiologi menekankan pada sifat-sifat dan tingkah laku kelompok. Yang dipelajari sosiologi terutama adalah hubungan sosial manusia.
Fisiologi ialah ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi berbagai organ yang ada dalam tubuh manusia, juga mempelajari bagaimana organ-organ dan sistem-sistem peredaran itu berinteraksi satu sama lain. Apa yang diselidiki/dipelajari oleh psikologi ialah mengenai persona individu itu sendiri. Individu sebagai kesatuan antar jasmani dan rohani. Meskipun psikologi menyelidiki fungsi-fungsi jasmani, selalu dalam hubungan dengan fungsi-fungsi/kegiatan-kegiatan rohani individu.
     Perbedaan antara ilmu-ilmu yang berhubungan di atas bukanlah perbedaan yang sangat tegas melainkan hanyalah perbedaan dalam tekanan masing-masing. Tidak mungkin untuk menarik garis yang tegas yang membedakan antropologi dari sosiologi, atau untuk memisahkan dengan tajam sosiologi dan psikologi, atau psikologi dari fisiologi. Ketiganya saling berhubungan, bantu membantu, dan saling isi mengisi. Juga dengan ilmu-ilmu yang lain lagi, seperti ilmu ekonomi, ilmu hukum, pendidikan, dan sebagainya.
Crow & Crow secara eksplisit mengemukakan psikologi pendidikan sebagai ilmu terapan berusaha untuk menerangkan masalah belajar menurut prinsip-prinsip dan fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia yang telah ditentukan secara ilmiah.
  Ruang lingkup pendidikan antara lain ialah sampai sejauh mana faktor-faktor pembawaan dan lingkungan berpengaruh terhadap belajar, sifat-sifat dari proses belajar, hubungan antara tingkat kematangan dengan kesiapan belajar (learning readiness), signifikansi pendidikan terhadap perbedaan-perbedaan individual dalam kecepatan dan keterbatasan belajar, perubahan-perubahan jiwa (inner changes) yang terjadi selama dalam belajar, hubungan antara prosedur-prosedur mengajar dengan hasil belajar, teknik-teknik yang sangat efektif bagi penilaian kemajuan dalam belajar, pengaruh/akibat relatif dari pendidikan formal dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman belajar yang insidental dan informal terhadap suatu individu, nilai/manfaat sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi personil sekolah, serta akibat/pengaruh psikologis (pcychological impact) yang ditimbulkan oleh kondisi-kondisi sosiologis terhadap sikap para siswa.
  Soal pembawaan dan lingkungan merupakan suatu soal yang sangat penting dalam psikologi dan sangat erat hubungannya dengan mendidik. Lalu perkembangan manusia itu bergantung kepada pembawaan ataukah kepada lingkungan? Sebenarnya pertanyaan tersebut bukan persoalan yang perlu dicari jawabnya. Semua yang berkembang dalam diri suatu individu ditentukan oleh pembawaan dan juga oleh lingkungannya. Seorang anak dapat berkata-kata, kemudian dilatih/diajar berkata-kata (lingkungan). Jika salah satu dari kedua faktor itu tidak ada, tidaklah mungkin kepandaian berkata-katanya dapat berkembang.  
 Faktor pembawaan juga berpengaruh pada intelijensi seseorang. Intelijensi adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelijensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan. Pendidikan dan lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelijensi seseorang. Daya pikir anak-anak yang telah mendapat didikan dari sekolah, menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik daripada anak yang tidak bersekolah. Setiap individu memiliki intelijensi yang berbeda-beda dikarenakan adanya faktor-faktor antara lain; pembawaan, kematangan, pembentukan, minat dan pembawaan yang khas, dan kebebasan. Semua faktor tersebut bersangkut paut satu sama lain. Untuk menentukan intelijensi atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor tersebut. Intelijensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan dalam perbuatan intelijensi seseorang.
    Dapatkah intelijensi atau kecerdasan itu diukur? Bagaimana kita dapat menentukan cerdas tidaknya seseorang? Salah satu cara ialah dengan menggunakan tes yang disebut: Tes Intelijensi.
Orang yang berjasa menemukan tes intelijensi pertama kali ialah seorang dokter bangsa Prancis, Alfred Binet dan pembantunya Simon. Sehingga tesnya terkenal dengan nama Tes Binet-Simon. Tes Binet-Simon terdiri dari sekumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompok-kelompokkan menurut umur (untuk anak-anak umur 3-15 tahun). 
 Pertanyaan-pertanyaan itu sengaja dibuat mengenai segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan pelajaran di sekolah. Seperti; mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang, mengulang deretan angka-angka, memperbandingkan berat timbangan, menceritakan isi gambar-gambar, menyebutkan nama bermacam-macam warna, menyebut harga mata uang, dan sebagainya.
  Dengan tes semacam inilah usia kecerdasan seseorang diukur/ditentukan. Dari hasil tes itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya (usia kalender). Sehingga dengan demikian kita dapat melihat adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentie Quotient) pada tiap-tiap orang/anak.
 Memang intelijensi/kecerdasan seseorang memainkan peranan yang penting dalam kehidupannya. Akan tetapi, kehidupan itu sangat kompleks. Intelijensi bukan satu-satunya faktor yang menentukan sukses tidaknya kehidupan seseorang. Banyak lagi faktor yang lain. Faktor kesehatan dan ada tidaknya kesempatan, tidak dapat kita abaikan. Juga watak (pribadi) seseorang sangat berpengaruh dan turut menentukan.
Ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelijensi yang sedang saja, dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang layak berkat ketekunan dan keuletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang mengganggu atau yang merintanginya. Akan tetapi, intelijensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang untuk maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan bertekun dalam usahanya.
 Kecerdasan/intelijensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai di mana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.
     Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelijensi dengan tingkatan kehidupan seseorang. Dari hasil penyelidikan yang dilakukan ahli antropologi dan psikologi, juga masih disangsikan adanya korelasi tetap antara bentuk/berat otak dengan intelijensi, antara bentuk tubuh dengan dasar kejahatan dan antara intelijensi dengan kemiskinan.
     Psikologi Pendidikan ini bukan sekedar bahasan teoritis, tetapi didukung oleh pengalaman praktek selama 35 tahun dan terhadap berbagai tingkat usia anak didik. Oleh karena itu, buku ini sangat bermanfaat tidak saja untuk para guru, tetapi juga untuk para pendidik umumnya, termasuk para ibu dan bapak yang mempunyai minat terhadap pengembangan pendidik putra-putrinya.
     Dalam pembahasan dijelaskan melalui ilustrasi sederhana yang membantu mendeskripsikan uraian. Selain itu juga diberikan contoh-contoh dari materi-materi yang dibahas. Di samping untuk para mahasiswa sebagai calon pendidik, buku inipun dapat pula dibaca oleh para guru bahkan para orang tua yang ingin menambah pengetahuannya demi perbaikan pelaksanaan tugasnya sebagai pendidik anak. 
 Namun, dalam pembahasan buku ini menggunakan bahasa-bahasa yang rumit dan sulit dimengerti bagi sebagian kalangan. Penjabarannya terlalu berbelit-belit. Selain itu, dari segi teknis banyak kata-kata yang salah ketik dan ada beberapa halaman yang terbalik penempatannya. Hal tersebut sangat disayangkan terjadi pada buku yang sudah sampai pada cetakan kelima.

Resensi buku Psikologi Pendidikan Karya Ngalim Purwanto
Februari 10 19


Judul buku : Psikologi pendidikan
Nama penulis : Drs. M. Ngalim Purwanto,MP
Jumlah halaman : 169 Halaman
Nomor ISBN : 979-514-036-1
Tempat terbit : Bandung
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
Tahun terbit : 2013

Buku psikolog ini terdiri dari IX Bab, yaitu sebagai berikut :
BAB I
Bab I berisi tentang pengertian psikologi yang diterjemahkan dari ilmu jiwa yakni dari kata psyche yang berarti jiwa,roh, dan logos yang berarti ilmu. Psikolog adalah ilmyang mempelajari ilmu tingkah laku manusia. Pada psikolog terdapat obyek dan macam-macamnya, yaitu :
Obyek  psikologis :
Oyek psikologi material (manusia)
Obyek formal (hakekat jiwa)
Macam-macam psikologis :
Psikologi metafisika (menyelidiki hakekat jiwa)
Psikologis empiris (menyelidiki gejala kejiwaan dan tingkah laku manusia)
Hubungan psikologi dengan ilmu-ilmu yaitu psikologi dan antropologi (ilmu tentang manusia), hubungan psikologi dengan sosiologi (ilmu yang secara langsung berhubungan dengan tingkah laku manusia), dan hubungan psikologi dengan fisiologi (ilmu yang mempelajari fungsi-fungsi berbagai organ tubuh manusia). Psikolog pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan penelitiannya lebih menekankan pada masalah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik maupun mental, yang sangat erat hubungan nya dengan masalah pendidikan terutama yang mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar. Ruang lingkup pendidikan merupakan ilmu yang memusatkan dirinya pada penemuan dan aplikasi prinsip-prinsip dan teknik-teknik psikologi kedalam pendidikan, maka ruang lingkup psikologi pendidikan mencakup topik-topik psikologi yang erat hubungannya dengan pendidikan.

BAB II
Bab ini membahas pembawaan, keturunan dan lingkungan. Soal pembawaan ini adalah soal yang tidak mudah dan dengan demikian memerlukan penjelasan dan uraian yang tidak sedikit. Pada aliran nativisme mengatakan bahwa pembawaan menentukan hasil perkembangan. Aliran empirisme mengatakan bahwa lingkungan yang menetukan hasil perkembangan. Hukum konvergensi mengatakan bahwa pembawaan dan lingkungan yang menentukan hasil perkembangan.

BAB III
Bab ini membahas mengapa manusia berinteraksi dengan dunia luar ?
Karena manusia yang tinggal didunia isinya bukan dirinya sendiri. Tapa dunia luar manusia akan mati. Untuk mencukupi kebutuhannya manusia membutuhkan:
Makanan
Udara
Persahabatan
Ilmu pengetahuan
Persekutuan
Kesusilaan

BAB IV
Bab ini membahas tentang berfikir. Berfikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari hewan. Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu yang baik yang kelihatan maupun tidak kelihatan. Adapun macam-macam berfikir yaitu:
 Berfikir induktif (umum)
Berfikir deduktif (khusus)
Berfikir analogis (membandingkan fenomena)

BAB V
Bab ini membahas tentang intelejensi. Menurut William Stern intelejensi adalah sebagian besar tergantung dengan dasar dan keturunan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intelejensi seseorang yaitu:
Faktor pembawaan
Faktor kematangan
Faktor pembentukan
Faktor minat
Faktor pembawaan yang khas
Faktor kebebasan

BAB VI
Bab ini menjelaskan tentang motivasi. Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. Adapun fungsi motivasi adalah:
Mendorong manusia untuk bertindak
Menentukan arah perbuatan
Menyeleksi perbuatan kita
Sedangkan tujuan motivasi adalah Untuk menggerakan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Ada beberapa teori otivasi, yaitu:
Teori hedonisme
Teori naluri
Teori reaksi yang dipelajari
Teori daya pendorong
Teori kebutuhan
Teori Abraham Maslow.

BAB VII
Bab ini membahas tentang belajar. Belajar menurut Witherington adalah perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian. Adapun macam-macam hubugan belajar:
Belajar dan kematangan
Belajar dan penyesuaian diri
Belajar dan pengalaman
Belajar dan bermain
Belajar dan pengertian
Belajar dan menghafal
Belajar dan latihan
Faktor-faktor yang memengaruhi belajar yaitu:
Faktor kematangan/pertumbuhan
Faktor kecerdasan/intelejensi
Faktor latihan dan ulangan
Motivasi
Sifat-sifat pribadi seseorang
Keadaan keluarga
Guru
Cara mengajar
Alat pelajaran
Motivasi sosial
Lingkungan
Kesempatan

BAB VIII
Bab ini menjelaskan tentang The Self dan frustasi. The Self adalah semua penghayatan, anggapan, sikap dan perasaan-perasaan, baik yang disadari maupun tidak disadari, yang ada pada seseorang tentang dirinya sendiri. Guna The Self adalah melindungi diri, mempertahankan diri kita dari kemungkinan kehilangan penghargaan/penghormatan dalam pandangan kita sendiri, dan berusaha membuat diri kita terpuji dan dihormati. Sedangkan frustasi adalah keadaan batin seseorang. Ketidakseimbangan dalam jiwa, suatu perasaan tidak puas karena hastrat/dorongan yang tidak dapat terpenuhi. Woodworth dalam bukunya psychologi mengemukakan bahwa rintangan-rintangan yang dapat menimbulkan frustasi dibagi 4 (empat) yaitu:
Rintangan-rintangan yang bukan manusia
Rintangan yang disebabkan orang lain
Pertentangan antara motif positif yang terdapat dalam diri orang itu
Pertentangan antara motif positive dan motif negative yang terdapat dalam diri seseorang itu

BAB IX
Bab ini membahas tentang kepribadian (personality). Menurut asal katanya, kepribadian berasal dari bahasa latin personare yang berarti mengeluarkan suara (to sound through). Faktor-faktor yang mempengaruhi dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:
Faktor biologis (berhubungan dengan keadaan jasmani)
Faktor sosial
Faktor kebudayaan

                                Meyta Dian Sari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar